Keindahan @ Estetika… ungkapan ringkas tersebut sering kedengaran di telinga kita. Allah itu indah, dan menyukai keindahan. Manusia, tentu saja juga memiliki kecenderungan menyukai keindahan, dalam berbagai aspeknya. Seni adalah keindahan. Islam mencintainya.
Keindahan menurut Kamus Dewan Edisi empat bermaksud perihal indah, kecantikan, keelokan dan estetika bermakna kecantikan, keindahan atau penghargaan terhadap keindahan (terutamanya dlm bidang seni)
Dalam Islam Al-Quran datang sebagai sesuatu yang indah, lebih dari puisi, di tengah budaya sastera yang tinggi di kalangan bangsa-bangsa Arab. Pedagang-pedagang Arab dan Gujerat mengislamkan tanah Melayu dengan dakwah melalui pendekatan kesenian. Para ahli tarekat & sufi bernyanyi dan bersyair untuk mendekatkan diri kepada yang Kuasa.
Oleh itu apa yang salah dengan seni? Seni sebagai sebuah saranan, alat, ia bersifat neuteral. Puisi, ritma musik dan lagu, gerak tari, lukisan, atau apapun yang bernilai estetik, umpama ruang kosong. Ia menyimpan kuasa ketakwaan, sekaligus kuasa kemaksiatan. Ia hanyalah sebagian dari ribuan, elemen yang bernama “sesuatu”. Terpulang kepada pertimbagan dan kewarasan kita untuk menentukannya.
Keindahan menjadi bermakna ketika ruang kosong itu dipenuhi dengan kuasa ketakwaan. Ia dapat menjadi alat menuju ke hadirat-Nya. Ia dapat menjadi penanda betapa agungnya yang Maha Pencipta. Seni salah satu cara mendekatkan kita kepada Nya.
Keindahan menurut Kamus Dewan Edisi empat bermaksud perihal indah, kecantikan, keelokan dan estetika bermakna kecantikan, keindahan atau penghargaan terhadap keindahan (terutamanya dlm bidang seni)
Dalam Islam Al-Quran datang sebagai sesuatu yang indah, lebih dari puisi, di tengah budaya sastera yang tinggi di kalangan bangsa-bangsa Arab. Pedagang-pedagang Arab dan Gujerat mengislamkan tanah Melayu dengan dakwah melalui pendekatan kesenian. Para ahli tarekat & sufi bernyanyi dan bersyair untuk mendekatkan diri kepada yang Kuasa.
Oleh itu apa yang salah dengan seni? Seni sebagai sebuah saranan, alat, ia bersifat neuteral. Puisi, ritma musik dan lagu, gerak tari, lukisan, atau apapun yang bernilai estetik, umpama ruang kosong. Ia menyimpan kuasa ketakwaan, sekaligus kuasa kemaksiatan. Ia hanyalah sebagian dari ribuan, elemen yang bernama “sesuatu”. Terpulang kepada pertimbagan dan kewarasan kita untuk menentukannya.
Keindahan menjadi bermakna ketika ruang kosong itu dipenuhi dengan kuasa ketakwaan. Ia dapat menjadi alat menuju ke hadirat-Nya. Ia dapat menjadi penanda betapa agungnya yang Maha Pencipta. Seni salah satu cara mendekatkan kita kepada Nya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan